* Bila Harus Kehilangan

|

Sesuatu yang raib di depan mata, lepas dari genggaman hanyalah salah satu diantara sekian banyak ayunan langkah kaki menuju taman peristirahatan yang abadi. Kalau lumrahnya kehilangan selalu diringi dengan tangis atau kesedihan yang mendalam, sekarang saatnyalah kamu harus familiar and murah senyum karena itu dah out of date. Bukan jamannya lagi. Seorang muslim yang pandai bersyukur akan semakin mendalami kenikmatan menjadi hamba sesungguhnya. Yah, hamba yang totalitas mengabdi, tunduk dan taat atas perintah Rabbnya. Ingatkah kamu dengan kisah nenek moyang kita, Nabi Adam ‘Alaihis Salam. Beliau harus kehilangan kenikmatan di surga akibat melanggar perintah Allah dan mengikuti bujukan syaitan la’natullah ‘alaihi. Namun, setelah kejadian pahit itu, Nabi Adam pun lahir sebagai seorang hamba yang lebih taat dan takut kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Demikianlah sobat, Ketika harus kehilangan, berlarilah dan capailah puncak bukit di hadapanmu. Serukanlah kalimat tauhid laa haula walaa quwwata illa billah. Bahwa semuanya ada di tangan-Nya. Yang patut kita lantunkan adalah kalimat syukur. Aku bersyukur karena Allah sayang dan memperhatikan aku.
Betapa bahagianya seorang yang mampu memaknai arti sebuah kehilangan. Kehilangan baginya hanyalah bumbu manisnya menjadi hamba Allah Subahanahu Wata’ala. Ia tahu bahwa Allah pemilik semua jagad raya beserta isinya, ia tahu dan memahami cinta sang Khalik. cinta-Nya tiadalah yang mampu menyamai. karena Ia menyimpan kenikmatan yang tak terduga. Yah, dipelabuhan “kehilangan” kan segera tiba kapal tongkang yang memuat “kado bahagia” buatmu, buat kesabaranmu. So, la tahzan.
Tidak semua harus sesuai harapanmu, ketika sampan harus hanyut oleh badai, terdampar di pulau kegagalan. Apakah kamu mesti berkata; ah, seandainya aku tidak melaut”. Ketahuilah sobat, kamu telah melangkah, sandiwara hidup ini sedang dan telah kamu lakoni. Tiada guna lagi untuk start dari awal. Yakinlah dan komitmenlah untuk mencapai garis finis. Tidak jauh lagi, kemenangan sudah di depan mata.

0 comments:

Posting Komentar

Syukran sudah komentar

Photobucket Photobucket Photobucket